Diketahui, masyarakat baru-baru ini disuguhkan iklan susu dan makan siang gratis oleh pasangan capres-cawapres nomor urut dua Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di TV nasional.
Iklan tersebut rupanya memicu pro kontra karena melibatkan anak-anak.
Namun, tim kampanye nasional (TKN) Prabowo-Gibran menepisnya, karena mereka hanya menggunakan teknologi artificial intelligence (AI).
Jawaban Komandan Tim Komunikasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budisatrio Djiwandono, justru bikin pakar telematika Roy Suryo tertawa terbahak-bahak.
Pasalnya, Budisatrio yang beralasan menggunakan istilah teknologi artificial intelligence (AI) tidaklah tepat.
Menurutnya, hal itu justru salah kaprah dan dianggap memalukan.
“Menggunakan istilah AI adalah salah kaprah dan justru menggelikan (untuk tidak mengatakannya memalukan),” ujarnya kepada Tribunnews, Kamis (23/11/2023).
“Bagaimana tidak? Harusnya yang dimaksud teknologi yang digunakan dalam pembuatan iklan tersebut adalah animasi, bukan AI,” lanjut Roy Suryo.
Roy Suryo menyatakan, semestinya teknologi yang digunakan dalam pembuatan iklan tersebut adalah animasi, bukan AI.
Roy Suryo mengatakan, pandangannya murni dari sudut ahli telematika dan pengamat multimedia, karena tak lagi berkecimpung di politik praktis.
Lantas Roy Suryo turut membeberkan definisi AI yang sebenarnya.
Menurutnya, AI merupakan sistem kecerdasan buatan yang dilakukan oleh mesin atau komputer untuk bisa berpikir sendiri seperti manusia dengan algoritma tertentu.
“Misalnya adalah komputer DeepBlue yang pernah ditandingkan melawan pecatur dunia asal Rusia beberapa waktu yang bisa ‘menggunakan otak buatan’ dan ‘berpikir layaknya manusia’. Secara teknis juga ada dua jenis AI, strong dan weak AI, sesuai tingkat kerumitannya,” urainya.
Berlandaskan hal tersebut pembuatan iklan Prabowo-Gibran tidak menggunakan AI.
Pasalnya, iklan tersebut jelas digambar atau dipotret dan discan oleh manusia.
“Karena iklan tersebut jelas-jelas masih diprogram, digambar atau bahkan dipotret dan discan oleh Manusia,” ujarnya.
“Artinya karakter-karakter orangnya bisa dengan cara digambar atau dari foto asli dibuat wireframenya, kemudian dimodeling menjadi tokoh tertentu seperti pada bagian akhir tayangan yang mengambil sosok ‘lucu dan menggemaskan’,” ungkap Roy Suryo.
Atas hal tersebut Roy Suryo menekankan, apabila tak paham, lebih baik Budisatrio Djiwandono beralasan dengan menggunakan istilah yang umum.
“Jadi kesimpulannya, kalau memang belum (tidak) paham istilah AI, sebaiknya jangan sok paham, mending gunakan saja istilah yang umum, misalnya ‘Itu hanya menggunakan komputer, bukan anak-anak langsung’ akan lebih bijak daripada salah istilah,” lanjutnya.
#roysuryo #prabowo #gibran #tribunkaltaraofficial
sumber:
